November 24, 2020

691 words 4 mins read

5G Antara Keinginan dan Realita

5G Antara Keinginan dan Realita

5G sudah tersedia di sebagian besar negara bagian AS, melalui tiga operator besar AT&T, Verizon dan T-Mobile. Tetapi dalam banyak kesempatan, para operator maupun vendor masih saja sering meminta calon konsumen untuk berimajinasi tentang apa yang dapat dilakukan pada jaringan baru ini.

Lusinan eksekutif industri yang berbicara di acara GSMA Thrive beberapa waktu lalu, mendesak konsumen dan perusahaan untuk turut serta mencari kemungkinan-kemungkinan baru untuk pemanfaatan jaringan 5G. Selama ini, banyak use-case 5G yang masih berada dalam tataran uji-coba dan pengembangan skala terbatas atau di laboratorium.

Operator dan vendor jaringan masih memiliki banyak PR, sebelum impian revolusi industri keempat dapat diwujudkan melalui 5G.

Dalam Keynote speech GSMA Thrive ini, David Christopher, salah satu pejabat di AT&T Mobility, mengatakan bahwa industri 5G masih dalam fase awal dari proyeksi perjalanan dekade 5G. Menurut Christopher “Kita sudah keluar dari tahapan teroritis ke arah kematangan industri yang didukung dengan investasi ratusan milliar dollar untuk menggelar jaringan 5G skala nasional (AS). Kita selama ini sudah berbicara tentang fitur dan kapabilitas 5G, sekarang saatnya untuk aksi dan eksekusi.”

“5G akan memperluas cakrawala dan imajinasi kita tentang apa yang mungkin dilakukan dalam dekade mendatang. Elastisitas dan daya dukung 5G untuk tumbuh dinamis dan mengakomodasi hal-hal baru adalah fitur paling menarik yang akan kita alami di tahun-tahun yang akan datang.”

Secara khusus Christopher menyinggung peluang yang masih luas dalam kategori perangkat untuk Augmented Reality (AR). Dengan AR, informasi multimedia yang biasanya tersaji dalam bentuk flat dua dimensi akan bertransformasi menjadi tiga dimensi dengan karakter dan interaksi yang lebih hidup dan dinamis. Dan hal ini tidak terbatas untuk dunia konsumer, tetapi juga untuk bisnis dan perusahaan.

Kesuksesan teknologi jaringan baru sangat ditentukan oleh eksistensi aplikasi utama, atau sering disebut killer application. Kyle Malady, seorang pejabat Verizon, mengatakan killer application untuk 5G masih terus dicari, dan untuk menemukan ini para operator dan vendor tidak bisa berjalan sendiri tanpa peran serta pengguna atau konsumen, baik dari kalangan individu ataupun bisnis. Malady melanjutkan, walaupun pencarian killer application masih berlanjut, kemampuan jaringan 5G yang digelar adalah superior dari generasi sebelumnya, dan ini akan benar-benar membantu setiap entitas untuk berinovasi untuk meningkatkan efisiensi dan menciptakan value.

Hal hampir senada ditegaskan oleh John Saw dari operator besar lainnya T-Mobile. Menurutnya, kini saatnya untuk menfungsikan dan memperkaya “pipa” 5G dengan value untuk konsumen dan perusahaan. Secara khusus ia menyebut aplikasi mixed-reality yang cukup ideal baik dari sisi kecenderungan pengguna maupun dari karakteristik jaringan 5G yang berkapasitas tinggi, latensi rendah untuk mendukung aplikasi jenis ini. Kemudian ia juga menyinggung aplikasi video holografik untuk komunikasi real-time, drone untuk kondisi darurat, serta delivery robot.

Hampir setiap industri, termasuk manufaktur, ritel, kesehatan dan media, akan mendapat manfaat dari 5G, menurut Asha Keddy, VP korporasi Intel. “Dengan adanya COVID, kami mulai dengan industri manufaktur, dan seiring waktu juga akan masuk ke tipe industri lain. Ini adalah Revolusi Industri berikutnya, karena Industri 4.0 dan 5G bergabung bersama” katanya.

Menurut Keddy, 5G dapat dilihat sebagai proses evolusi dan revolusi sekaligus. Evolusi dalam arti dukungan kompatibilitas dengan teknologi sebelumnya, seperti 4G/LTE. Sedangkan revolusi muncul diawali dengan 3GPP Rilis 16 dengan fitur-fitur baru seperti private network, peningkatan aspek kehandalan, edge computing dan lain-lain. “Fitur-fitur tersebut tidak ada dalam teknologi sebelumnya, dan ini akan mendukung transformasi entitas bisnis dan industri”, lanjut Keddy.

Sedangkan perwakilan Nokia, Mike Murphy, berusaha untuk lebih realistis. Sesuai dengan kondisi industri saat ini, menurutnya, 5G baru akan menjadi dominan sekitar tahun 2024, setidaknya dalam hal jumlah divais. “Sekarang fokus para pelaku industri 5G lebih kepada mobilitas (konsumer), dan baru akan berubah ke arah vertikal (bisnis) sekitar tahun 2023. Ini bukan berarti dari sekarang sampai 2023 5G tidak berkembang. 5G telah dan sedang muncul, hanya dampak untuk skala yang lebih besar, solusi yang lebih kompleks, baru akan muncul kemudian (2024).”

Dalam perspektif teknologi, 5G tergolong disruptif karena mengintegrasikan beberapa teknologi yang sebelumnya belum ada atau terpisah, menjadi kesatuan utuh dalam 5G. Dalam kategori ini, termasuk misalnya teknologi Open RAN (Radio Access Network), virtualisasi jaringan, komputasi awan di sistem back-office jaringan, mobile edge computing, dan virtualisasi fungsi jaringan. “Ke depannya, kami percaya bahwa peran 5G yang sebenarnya ada pada use-case baru, khususnya untuk industri vertikal”, tutup Murphy.

Artikel ini disarikan secara bebas dari situs sdxcentral.com.

comments powered by Disqus